Rabu, 30 Maret 2011

tembang lir-ilir

Lir-ilir, Lir Ilir (bangunlah-bangunlah)
Tandure wus sumilir (tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (bagaikan pengantin baru)

Cah Angon, Cah Angon (anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing Kuwi (panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo Mbasuh Dodotiro (untuk membasuh pakaian mu)

Dodotiro Dodotiro (pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir Bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (jahitlah, benahilah)
Kanggo Sebo Mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Mumpung Padhang Rembulane (mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung Jembar Kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak Iyo!!! (bersoraklah dengan sorakan iyaaa)

Tembang lir-ilir yang dikenalkan oleh para Wali untuk menyebarkan ajaran agama Islam di jawa ini mempunyai makna filosofis yang sangat dalam. Melalui pemahaman dan atas ijin Allah SWT saya mencoba untuk menguraikan makna yang terkandung di dalam tembang ini.
Bait 1.
Sebagai makhluk ciptaanNya kita diharapkan memiliki jiwa yang merdeka untuk itu kita diminta untuk bangun dari keterpurukan, bangunkan ruh illahiah yang ada di dalam diri kita dengan menghilangkan rasa malas yang tersirat dalam lagu ini dilambangkan dengan tanaman yang sudah bersemi dan menghijau. Apakah kita mau jiwa kita ini dikuasai oleh hawa nafsu kemudian dikendalikan oleh sifat kebinatangan atau kita berjuang untuk mengalahkan hawa nafsu dan membuka mata hati kita untuk mengenal Tuhan. Dengan kita melakukan jihad fisabilillah yakni melawan hawa nafsu yang ada didalam diri kita maka kita akan memperoleh kebahagiaan seperti halnya pengantin baru.
Bait 2.
Disebutkan sebagai anak gembala karena kita memiliki hati yang perlu digembalakan seperti halnya menggembalakan domba-domba. Tembang ini kembali mengajak apakah kita bisa mengendalikan hawa nafsu yang membuat perilaku kita lebih mirip dengan sifat hewan. Panjatlah pohon belimbing itu dimaknai dengan jalani kehidupan ini meski banyak aral dan rintangan yang kita hadapi tujuan kita adalah belimbing yang digunakan untuk membersihkan pakaian takwa kita. Belimbing menggambarkan rukun islam yang harus kita laksanakan mulai dari bersyahadat kepada Allah dan Rasulnya sampai dengan menunaikan ibadah haji.
Bait 3.
Pakaian yang kita gunakan di dunia ini bukan baju yang saat ini kita pakai melainkan pakaian takwa yang digunakan untuk menghadap Allah SWT, pakaian kita itu kemudian banyak yang terkoyak karena kesalahan yang kita lakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu kita harus memperbaiki segala kesalahan yang pernah kita lakukan dan bertobat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan kita memperbaiki pakaian takwa kita maka pada waktunya kita dipanggil untuk menghadap kepada Sang Pencipta akan siap mempertanggungjawabkan amanah yang pernah kita emban selama menjalani proses di dunia.
Bait 4.
Maka kapan engkau akan mulai menambal pakaian takwa yang kita kenakan, gunakanlah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakit mu. Pergunakan waktu sebaik-baiknya di dunia karena kita tidak akan pernah tahu kapan kita kembali ke sisiNya

Selasa, 01 Maret 2011

Mengapa Allah SWT menciptakan makhluk

"aku menciptakan jin dan manusia tiada lain agar mereka beribadah (kepada-Ku)". (QS az-Zariyat [51]:56)
ayat ini digunakan oleh kebanyakan orang untuk menjawab pertanyaan untuk apa Allah SWT menciptakan manusia, tujuannya tak lain adalah agar manusia beribadah kepadaNya. namun dibalik itu terdapat tujuan khusus dalam menciptakan makhluknya terlebih pada manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia.
Allah menciptakan makhluk tak lain adalah agar diri-Nya dikenal. dan tugas yang mulia dan berat ini hanya dapat diemban dengan sempurna oleh manusia. maka tujuan utama manusia adalah berma'rifat atau mengenal Tuhan yang menciptakannya. dalam ajaran Islam terutama pada para pengamal tasawuf dikenal suatu ungkapan "Awal dalam beragama adalah mengenal Allah ta'ala. tugas suci ini belum diketahui sepenuhnya oleh sebagian besar dari kita. pentingnya mengenal Tuhan bagi manusia, bagaimana bisa kita mengesakan Allah secara benar jika kita tidak mengenalnya.
dalam khazanah tasawuf jawa diajarkan bahwa orang yang mumpuni atau hebat adalah orang yang telah tahu sangkan paran (asal, tujuan). manusia tersebut telah mengetahui asal usul dirinya secara ruhani, mengetahui tujuan akhir hidupnya, serta tahu cara atau proses untuk mencapai tujuan akhir tersebut. asal-usul ruhani manusia hanya dari Allah dan tujuan akhir hidupnya adalah tauhid (manunggal) dengan Allah lagi. maka kehidupan di dunia ini adalah suatu proses untuk menuju paran (tujuan) dengan benar dan tidak tersesat lalu kembali ke asal mula ia diciptakan.
inilah yang dinamakan dengan lingkaran kehidupan manusia
tulisan ini diambil dari buku Rahasia Ajaran Makrifat Kejawen karya Agus Wahyudi

Sabtu, 29 Mei 2010

Amarah, Aluwamah, Supiyah dan Mutmainah.

Ke empat yang disebut dalam judul posting ini adalah unsur-unsur lahiriah yang membentuk kejadian manusia Adam. Ke empat unsur itu adalah Tanah (lambang dari Nafsu Muthmainah), Angin (lambang dari Nafsu Lawwamah), Api (lambang dari Nafsu Amarah), Air (lambang dari Nafsu Sufiyah).
Konsep pelajaran tentang empat unsur pembentuk kejadian Manusia ini, dalam Islam pun sebetulnya setiap hari sudah dipraktekkan secara ritual lahiriah setiap Muslim pada saat ia sedang Shalat (maaf kalau aku meminjam dari konsep Islam).
Cobalah perhatikan apabila seorang Muslim sedang melalukan Ritual Shalat.
Mereka akan melakukan upacara gerak lahiriah yang terdiri dari empat adegan
dan dilakukan secara periodik yang di dalam Islam disebut Raka'at. Satu raka'at
selalu dilakukan empat model Sikap-Sikap Tubuh yang kalau disimak lagi mirip
dengan keadaan huruf Arab, contohnya :
1. Amarah = Alif = Tubuh Yang Berdiri,
2. Lawamah/Aluwamah= Lam = Tubuh Yang Ruku,
3. Sufiyah/Supiyah = Mim = Tubuh Yang Sujud,
4. Muthmainah = Dal = Tubuh Yang Duduk/Diam.

Kini untuk mudahnya cobalah kita simak adegan shalat dalam Islam :
- Saat Berdiri = Alif
Ajarannya ".... Jagalah Dirimu dari Yang Berdiri di dalam dirimu. Apakah Yang Berdiri di dalam diri kita? Nafsu Amarah yang dilambangkan seperti Api.Cobalah simak Api, unsur yang satu ini selalu inginnya mengarah Ke atas tidak pernah mau ke bawah. Biar pun seorang Tukang Las mengarahkan ujung alat Lasnya ke bawah, pastilah ujungnya akan mengarah ke atas.Perumpamaan dan pelajaran apa yang dapat kita petik di sini? Yakni bahwa di dalam diri kita ada nafsu Amarah yang sifat dasarnya selalu ingin "ke atas" saja. Tentu saja sifat ini ada positif dan negatifnya. Positifnya ia tidak pernah mau tunduk kepada siapa pun termasuk Iblis, ia hanya tunduk kepada Allah Yang Maha Kuasa. Negatifnya ia menjadi sombong, merasa paling kuasa,merasa paling hebat, di dalam segala hal. Cabang nafsu ini adalah ia pemarah, pembenci, tidak suka mendapat saingan dari mana pun datangnya.
Nah ... jagalah diri kita dari perasaan dan sifat negatif dari nafsu Amarah.
Arahnya lebih kepada sifat INGIN KUASA/JABATAN.
- Saat Ruku' = Lam
Ajarannya " .... Jagalah Dirimu dari Yang Ruku/Yang Datar di dalam dirimu.Apakah Yang Ruku/Datar di dalam diri kita? Nafsu Lawamah/Aluawah yang dilambangkan seperti Angin. Cobalah simak Angin, unsur yang satu ini selalu ingin nya mengarah ke segala arah, tidak pernah bisa diam, karena memang Angin itu kebalikannya Tanah, he-he-he. Mirip Api kebalikannya Air bukan!? Angin yang jalannya mendatar itu kalau dihadang oleh sesuatu benda, maka ia akan berbelok, baik melalui kiri-kanan atau atas-bawah benda itu. Gayanya Ia selalu ingin mengisi seluruh ruangan. Kalau bisa seluruh ruangan itu isinya dia semua.Sifat ini dalam diri kita tampil pada sifat Serakah/Rakus, terutama kalau dalam ketubuhan kita adalah nafsu lapar inginnya makan melulu. Kalau di luar ketubuhan kita adalah nafsu ingin menguasai HARTA.Sebaliknya, ada pula sifat positifnya ia RAJIN selalu ada di mana-mana.
- Saat Sujud = Mim
Ajarannya "..... Jagalah Dirimu dari Yang Tunduk di dalam dirimu.Apakah Yang Tunduk di dalam diri kita? Nafsu Sufiah/Supiyah yang dilambangkan seperti Air. cobalah simak Air, unsur yang satu ini selalu inginnya mengarah ke bawah kebalikan dari Api. Ia selalu mengalah saja, dilandasi oleh sifat Kasih Sayang yang dominan dalam dirinya. Positifnya sifat mengalah ini adalah MENGALAH, namun negatifnya adalah pengumbaran rasa Kasih Sayang yang salah arah, sehingga mengumbar nafsu birahinya sampai di luar batas. "Jajan ke mana-mana, padahal sudah punya istri". Ajarannya adalah pengendalian terhadap nafsu BIRAHI kita, harus kita kendalikan sekuat mungkin, baik terhadap istri kita sendiri, tubuh kita sendiri (tidak onani), apalagi kalau diumbar kepada orang lain, walau pun sama-sama suka. Larangan Allah dalam Islam sesungguhnya lebih berat dari yang dibolehkan, yakni Jangan Dekati Zina, bukan saja Jangan Berzina.
- Saat Duduk = Dal (maafkan kalau huruf Dal dilatinkan jadi salah penulisannya!).
Ajarannya "..... Jagalah Dirimu dari Yang Duduk/Yang Diam di dalam dirimu.Apakah Yang Diam di dalam diri kita? Nafsu Muthmainah yang dilambangkan seperti Tanah. Cobalah simak Tanah, unsur yang satu ini selalu inginnya DIAM/sabar. Kelewat sabar sampai dikerjain seperti apapun ia tetap bisa SABAR/Diam saja. Coba simak Tanah, sudah dipacul, diinjak-injak tetap diam saja, selalu NERIMO,Tenaga Sabar dan Pasrahnya bukan main hebatnya, sehingga nafsu ini disebut dalam Al-Qur'an sebagai Nafsu Yang Tenang/Jiwa Yang Tenang, padahal harusnya tenang kalau sudah Kenal Allah. Kadang disebut sebagai Nafsu pemersatu, karena ialah yang dapat menyatukan semua nafsu di dalam diri kita, wallahu 'alam! Negatifnya apabila seseorang dikuasai oleh nafsu Muthmainah yang berlebihan adalah MALAS. Malas bekerja, Malas belajar, Malas Shalat dan malas yang lain-lain lagi.

Ke semua nafsu yang dilambangkan dengan empat unsur pembentuk kejadian Manusia ini,
saling menolak dan membantu. Oleh sebab seorang Manusia dijadikan dari Tanah, Angin,
Air dan Api, maka kita selalu akan membutuhkan ke empat unsur ini dalam hidup kita.
Kita harus makan dari hasil Tanah, kita harus menghirup Udara dalam bernapas, kita amat perlu Air, kita amat perlu akan sinar matahari dan api untuk memasak dsb.
Anehnya, ke empat nafsu ini pun saling menaklukkan satu dengan lainnya, maka karena
inilah timbul konsep dalam Tasawuf : Sang Ruh itu adalah Laki-Lakinya, sedang Jasad itu yang dikuasai oleh ke empat nafsu adalah Perempuannya. Esensinya adalah Ruh kita harus mampu menguasai-mengendalikan Nafsunya yang Empat yang diibaratkan 4 orang istri.
Setiap Manusia baik lelaki dan perempuan di dalam dirinya ada unsur RUH yg dilambang
kan Pria/Laki-Laki yang memimpin Nafsu (ada 4) yang dilambangkan Wanita/Perempuan.
Memimpin di sini Sang Ruh harus adil artinya ia mampu memadukan menaklukkan keempat
nafsu-nafsu di dalam dirinya. Jadi bukan dalam arti Lahiriah seorang Pria memimpin Wanita sehingga seorang istri harus tunduk bongko'an kepada suaminya. Itu penafsiran yang salah! Yang benar adalah SANG RUH ITU MEMIMPIN KE EMPAT NAFSUNYA DENGAN
ADIL, sesuai dengan ayat dalam Al-Qur'an yang bunyinya sebagai berikut :
"... Kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga dan empat, tetapi kalau
kamu kuatir tidak dapat berlaku adil, hendaklah satu saja, itu lebih dekat kepada kelurusan".Pengertian ayat di atas ini lebih sering dipakai oleh orang-orang yang mementingkan nafsu lahiriahnya di bidang berahi untuk membolehkan mengawini perempuan sebanyak empat orang bahkan ada yang sampai sembilan orang. Wong adil terhadap satu orang istri saja kita belum tentu mampu, sok kawin empat atau lebih perempuan, he-he-he sungguh menggelikan dan kelewat batas, kita sebagai manusia ini!
Salam Bunga Sepasang,
Setiap Manusia memiliki Lubang Utama ada 10 yang satu setelah kita lahir melalui rahim bunda kita, maka sisa 9 lubang utama, karena yang satu sudah ditutup, yakni Pusar atau Pusat/Udel, tempat kita dulu diberi makan oleh Ibu kita melalui mekanisme yang sudah diberikan Allah SWT, yakni tali pusat.Coba kita hitung satu per satu lubang utama di seluruh tubuh kita ada berapa?
1. Mata ada dua buah letaknya di Kepala.
2. Hidung ada dua lubang letaknya di Kepala.
3. Telinga ada dua lubang letaknya di Kepala.
4. Mulut ada satu lubang letaknya pun di Kepala.
5. Kemaluan ada satu lubang letaknya di Tubuh bawah.
6. Dubur atau Anus ada satu lubang letaknya di Tubuh paling bawah.
Semua lubang itu harus dikendalikan. Bahasa kasarnya semua lubang itu harus kita tutup, artinya saat kita bermeditasi/tafakur/hening/shalat harus diabaikan agar Ingatan kita mampu fokus hanya tertuju kepada Allah semata (Tauhid).
Memang menulis dan bicara tentang ini amat mudahnya, namun ternyata amat sulit melakukannya agar dapat kita kuasai. Setelah semua pintu itu dapat kita "tutup", maka barulah perhatian kita akan lebih fokus hanya kepada Allah SWT.
Pelajaran Wudhu yang utama adalah kendalikan semua "pintu/lubang" yang ada pada dirimu. Melalui pintu/lubang itulah pikiran kita tergoda kepada segala sesuatu selain Allah Yang Maha Suci. Padahal, menurut ajaran Allah Yang Suci, "...Segala sesuatu yang menyebabkan engkau lupa kepada Allahmu, maka ia telah menjadi Berhala bagimu!:"
Kini marilah kita kaji, kita simak dan kita renungkan dengan lebih dalam, sbb:
Semua yang disyariatkan dalam Bersuci (Wudhu) itu sesungguhnya adalah ajaran Allah Yang Maha Batin kepada RasulNya Muhammad Yang Lahir,yang kelak harus disampaikan kepada umatnya.Dalam suatu ayat Al-Qur'an disebutkan : "....Kuturunkan isi Al-Qur'an itu ke dalam hatimu!" memang melalui Nabi Muhammad SAW, yang menjadi Rasulullah. Untuk menerima isi Al-Qur'an yang suci itu, tentulah Muhammad haruslah Suci atau disucikan terlebih dahulu. Yang paling logis menurut sejarah adalah beliau adalah seorang yang Al-Amin, yakni Jujur sejak kecil.
Sebagai seorang Muslim, disebutkan pula dalam Al-Qur'an : "... Rasulullah adalah teladan yg paling utama bagimu!". Dengan demikian, setelah Nabi meninggal dunia,maka Al-Qur'an bagi umat Muslim merupakan Pedoman Wajib Yang Utama. Artinya kalau kamu sedang membaca Al-Qur'an, maka pesan2 Allah melalui mulut Nabi itu diperuntukkan bagi seluruh umat Manusia bukan hanya umat Muslim saja,karena Islam atau Al-Qur'an adalah Rahmatan lil Alamin = Rahmat Bagi Semesta Alam.
Kembali kepada pengendalian diri Lahir kita yang sebetulnya mengandung ajaran tentang Yang Maha Batin di dalam diri kita. Agar Yang Batin di dalam diri kita senang kepada "kurungan"nya. Sehingga kelak Beliau Yang Lebih Tahu akan memberi Tahu sang Jasad, kalau ada sesuatu yang membahayakan dirinya.
Semua itu, hanya mungkin kalau Sang Jasad / Sang Lahir diselaraskan dengan Sang Batin. Kini perhatilkan sifat-sifat Sang Batin. Beliau tidak pernah berbohong,tidak pernah makan/minum, tidak pernah tidur, tidak pernah berhubungan seksual,tidak pernah iri kepada yang lain selalu apa adanya, pokoknya tidak pernah lebih mementingkan diri sendiri, semua inilah yang menjadi ajaran bagi Sang Lahir yang harus dipatuhi, kalau Sang Lahir/Jasad mampu mengikutinya, maka terjadilah keharmonisan/keselarasan antara Sang Batin dan Sang Lahir. Atau dengan kata lain : Lahir Utusan Batin perumpamaan kecil dari Muhammad Utusan Allah.Muhammad adalah Sang Lahir, Allah adalah Sang Batin.
Untuk Perisai Diri, kita mengenalnya sebagai Esensi dari Hormat Bunga Sepasang.
Lahir dan Batin sejajar atau selaras. Isi ajaran2 pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Jagalah Matamu dari melihat hal-hal yang tidak wajib dilihat (pornografi).
2. Jagalah Telingamu dari mendengar hal-hal yang tidak wajib didengar.
3. Jagalah Mulutmu dari mengucapkan hal yang tidak benar (berbohong/fitnah dsb).
4. Jagalah Hidungmu jangan kalah oleh hidung Anjing, karena Anjing pandai membedakan orang baik dan orang yang jahat (Jagalah Radar kita tetap tajam).
5. Jagalah Sikumu dari "menyikut" orang lain, menganggap aku lebih baik dari dia, sehingga kita singkirkan dia, agar kitalah yang terpilih. Sebaliknya, pakailah siku mu itu untuk merangkul orang lain menuju kepada Kebenaran Illahi.
6. Jagalah Pikiranmu dari memikirkan hal-hal yang negatif, arahkanlah selalu pikiran
itu kepada Allah semata. Perilaku seperti ini sudah merupakan zikir kpd Allah.
7. Jagalah Kakimu dari langkah yang menyimpang dari jalan lurus, karena merupakan
tumpuan dari seluruh tubuhmu. Apapun yang diperbuat oleh tubuhmu tidak akan
bisa terjadi kalau kakimu tidak mengantarkan kepada tujuannya.
8. Namun, justru yang paling akhir tidak ada rukun Wudhu, adalah tidak adanya
kemungkinan bagi kita mencuci hati/qalbu kita dengan air tiga kali. Padahal,
Qalbu/Hati kita inilah pemerintahan dari seluruh tubuh kita lahir dan batin.
Jadi Jagalah Hati kita dari hal-hal yang batil, arahkanlah Qalbu kita kepada Allah
semata, biarkanlah Suara dan Cahaya NYA yang membimbing kita dalam hidup
kita sehari-hari.
9. Tidak ada pula dalam Rukun Wudhu, yakni pencucian kemaluan oleh air tiga kali.
Yang artinya Jagalah Kemaluan (namanya kemaluan harus ditutupi MALU),
Jagalah Kehormatan kita, jadi janganlah kehormatan itu dinodai, karena ia adalah
Titipan Illahi yang terhormat. Kendalikanlah nafsu berahimu, jangan diumbar!!
Kasih Sayang atau Cinta itu bukan untuk diumbar secara negatif, melainkah harus
dimanfaatkan secara positif, sebagaimana Cinta Allah kepada UmatNYA.
10 Jagalah Dubur/Anusmu, yakni harus sesuai dengan fungsinya sebagai jalan akhir
untuk membuang kotoran dalam tubuh kita. Jangan dipakai untuk yang lain.
Demikianlah Allah mengajarkan kepada umat Muslim melalui Al-Qur'an secara tersirat bukan tersurat. Apabila kamu cari yang tersurat hanya tertulis basuhlah bagian2 tubuhmu dengan air, namun yang tersirat seperti yang di atas itulah.Boleh saja kamu membantah karena tidak setuju pengungkapan apa yang tersirat ini, namun sebelum itu cobalah renungkan dan tanyalah kepada Allah di dalam hatimu apakah yang aku tuliskan ini salah atau benar. Kalau salah ya tinggalkan sajalah! Kalau kamu akui benar lakoni sajalah setiap saat / hari kelak pasti kamu akan tahu.
Salam Hormat

Uraian ini adalah jawaban dari pertanyaan ku kepada seorang guru yang membimbing ku dalam silat perisai diri, beliau banyak mengajarkan tentang esensi kehidupan dan bagaimana untuk dapat menjadi manusia yang eling lan waspada......
dengan kita mengetahui fungsi2 bagian tubuh yang ada pada diri kita semoga dapat dijadikan bahan introspeksi untuk diri saya sendiri dan mudah-mudahan untuk anda yang membacanya....
berusahalah menjadi manusia yang universal ; tidak membeda-bedakan agama orang lain dan tidak merasa unggul dengan apa yang kamu anut, dengan kita belajar keanekaragaman dalam ajaran agama akan dapat mengambil benang merah dari ajaran agama lainya...Tuhan itu cuma satu, ya untuk umat islam, kristen, budha atau hindu tapi bagaimana pemahaman kita tentang konsep ketuhanan dan bagaimana kita saling mengasihi sesama ciptaannya yang harus kita lakoni sebagai khalifah di dunia ini.

Rabu, 21 Oktober 2009

Pesan Nabi Khidir terhadap Nabi Musa

“Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa.
Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan.
Janganlah pula apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah dilakukan itu.
Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibn `Imran.”

Selasa, 20 Oktober 2009

“SHALAT MENYEMBAH AGAMA CIPTAAN ALLAH,
BERBEDA DENGAN SHALAT MENYEMBAH ALLAH”
(Lanjutan tentang TAUHID) Oleh : Amiruddin Syah

Mari kita lihat dua ayat yang berbeda sasarannya sbb :

”Hadapkanlah wajahmu kepada agama ciptaan / fitrah ALLAH” (Ar-Rum S.30 : 30)

”Padahal mereka tidak diperintah, kecuali menyembah ALLAH dgn LURUS”
(Al-Bayyinah S.98 : 5)

Ini perlu diajarkan kembali terutama di sekolah2 unggulan. Kepada Guru pengajar Agama, diharuskan memahami dan mengerti, apakah shalat menyembah agama ciptaan Allah atau menyembah ALLAH, ini sangat jauh perbedaan dan visinya. Sebab, anak2 yg hadir di abad 21, yakni abad kelipatan Tujuh ini, secara alami banyak yg punya kemampuan SPIRITUAL QUOTIENT yang tinggi.

Hakekat Shalat ialah berhubungan langsung dengan ALLAH, sebagaimana disampaikan dlm surat Al-Bayyinah 98 : 5 di atas. Kalau shalat hanya sebagai kewajiban saja atau sebagai tiang agama, maka itu berlaku hanya sebagai amal yg tidak ada hubungannya dgn Allah. Ini yg disindir di dlm surat Al-Baqarah S.2 : 71. Ibarat Sapi pembajak bumi atau Kuda pengangkut Kitab, karena diperintah majikannya. Sedang beragama harus Merdeka, tidak terikat oleh Ruang dan Waktu.

Pertama : MENGHADAP ( MI’RAJ) :
Dalam shalatnya dia menghadap dan menyaksikan kepada siapa ia menghadap. Sedangkan yg dihadapinya, jelas tampak dan telah menyaksikan terlebih dahulu terhadap yang menghadap, inilah ”Shalat Mi’raj”.
Contoh : ”Seorang prajurit berusaha menghadap kepada Panglimanya di Markas Besar.
Waktu bertemu, dia langsung memberi hormat dan Panglimanya pun membalas dgn hormat pula”. Begitulah hubungan Manusia dgn Tuhannya. Begitulah hakekat shalat sesuai dgn surat Al-Kautsar S.108 ayat 2 : ”Fasalli li rabbika wanhar” (Shalat yg khusyuk tidak bergerak dan tidak berucap, sebab sedang menghadap dan meng-qurban-kan Jasad).

Kedua : MENGINGAT ( DZIKRULLAH ) :
Sesudah mengenal serta melihat dan dilihat. Ketulusan kepada Allah dan penyembahan kepada Allah menjadi mudah.Inilah shalat terus menerus sebagaimana diperintahkan Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Maarij S.70 : 23 :”Aladzi nahum ’ala shalaatihiim da’imuum”, Artinya : Mereka tetap dalam bershalat terus menerus.
Inilah shalatnya para Nabi, termasuk Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa AS. Dan begitu pula perintah pertama dari Allah kepada Nabi SAW, sewaktu beliau pertama kali berjumpa dgn Allah di Malik ul Mulk (Singgasana Allah di Arshy). Diperintahkan Allah agar umat Manusia bershalat sesuai dgn perintah Al-Ma’arij S.70 ayat 23. ”Bershalat dan berqurbanlah”. Surat Al-Kautshar S.108 ayat 2 (menghadap).
”Bershalat dan berzakat”.: Surat Maryam S.19 ; 31 (menghadap).
”Bershalat mengingat Allah lebih besar manfaatnya!’ Surat Al-Ankabut S.29 : 45 (Dzikrullah).
Sebuah Syair mengatakan sebagai berikut :
”Dibangunkan Masjidil Haram Oleh Nabi SAW.
Di situlah Insan melaksanakan kewajiban.
Dibangunkan Masjidil Haram Oleh Tuhan.
Di situlah Ihsan Menyembah, Menemui Tuhan”.

Terkait dgn taqwa, maka mereka yg beriman sangat takut meninggalkan shalat. Jadi taqwa di sini bukan takut api neraka, melainkan karena CINTAnya kepada Allah yang dilambangkan sebagai Kekasih :
”Para pecinta nanar mencari Yang Dicintai,
Kerinduan memancar dari Hati Sanubari,
Pencari mencari Sang Kekasih, ingin menemui,
Yang Dicintai segera datang menghampiri”

Sesuai dgn hadits Nabi SAW :
“Sejengkal engkau ingin menemui Allah, maka sedepa Allah mendatangimu.
Berjalan engkau menuju Allah, maka berlari Allah menghampirimu”

Allah mampu memelihara perjalanan si Fakir dan sekaligus munajat si Fakir itu segera ditepati oleh Allah, sehingga antara si Fakir dgn Tuhannya, tiada jarak berjarak. Kalau umat Manusia yg beragama berusaha ke arah perjumpaannya kpd Allah, maka dari sini nanti akan muncul keseragaman pandang terhadap kehadiran Allah, dan mereka sama-sama ”Berukhuwah Bashariyah”, maka terhindar dari perpecahan baik antar agama, maupun intern agama. Dari sini munculnya akhlak, budi pekerti yg baik, serta tingkah laku sopan, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Sebagaimana amanah, fathonah, sidiq , tabliq dan qana’ah yg dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ketiga : SHALAT MENCARI KEHADIRAN ALLAH
Berusaha dan berdoa ditujukan hanya kepada Allah. Sebagai Fakir harus Jujur, jangan berlagak pintar. Termasuk kepada Guru Tauhid, harus jujur dan polos, sebab kalau belang atau sudah merasa pintar, maka Guru Tauhid-Mursyid akan berlalu dgn senyum. Di sini sering terjadi, karena merasa sudah di-Ulama-kan akhirnya malu mengakui kekurangan, padahal itu merupakan kekurangan yg fatal.
Shalat kalau tidak jelas yg dituju atau yg sedang fakir kepada Allah, tidaklah shalatnya akan khusyuk. Jadi shalat yg khusyuk, pada umumnya berlaku pada urutan pertama dan kedua dari shalat yg dijelaskan di atas.
Sebuah syair :
”Gerakan Shalat dapat berbeda,
Tujuan Shalat hendaklah sama,
Bukan mengharapkan upah Surga,
Melainkan ingin akrab kepada NYA”.

Keempat : SHALAT KARENA KEWAJIBAN ATAU KARENA PERINTAH
Hal seperti ini yg banyak terdapat pada umat beragama. Saya shalat karena diperintah, krn kewajiban. Kalau akal sudah tidak bertanya lagi, perintah untuk apa, ayatnya yg mana, ini termasuk menggunakan akal naluri. Bekerja atas perintah atau karena mengharap upah surga, supaya mudah rezki dunia, supaya perut kenyang, ini tidak termasuk ibadah, kecuali amal saja, bahkan sia-sia.
Begitu pula shalat ikut-ikutan, ini juga termasuk amal olah raga. Jadi amal merupakan perbuatan dunia yg baik. Amal adalah berbuat baik thdp sesama manusia. Berbuat baik terhadap alam lingkungan termasuk hewan. Berbuat baik terhadap diri sendiri, terutama yg terkait dgn ibadah. Diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW : "Jangan berbohong, jangan tidak membayar hutang, jangan mungkir janji". Kebohongan yg paling berat dan yg paling besar ialah berbohong kepada Allah. Coba kita renungkan suatu Kalimat Syahadat :"Bersaksi Aku, tiada Tuhan Selain Allah, dan Bersaksi Aku bhw Muhammad adl Rasul Allah". Renungkan dan bawa Tafakur, lalu tanya diri sendiri, jangan mengkhianati diri dan orang lain, hakimi diri sendiri dgn pertanyaan : "Kapan dan di mana saya bersaksi?", "Seperti apa yg saya saksikan itu?". "Di mana dan Muhammad mana yg telah saya saksikan?". Pertanyaan demikian hendaklah disampaikan dalam kejujuran.

catatan ini diambil dari seorang guru, panutan dalam hal budipekerti dan tingkah laku

ucapan syukur

alhamdulillah jadi juga niy blog, mudah-mudahan dapat berguna bagi saya pribadi, juga orang lain yang merasa tertarik untuk membaca artikel ini...