Rabu, 30 Maret 2011

tembang lir-ilir

Lir-ilir, Lir Ilir (bangunlah-bangunlah)
Tandure wus sumilir (tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (bagaikan pengantin baru)

Cah Angon, Cah Angon (anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing Kuwi (panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo Mbasuh Dodotiro (untuk membasuh pakaian mu)

Dodotiro Dodotiro (pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir Bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (jahitlah, benahilah)
Kanggo Sebo Mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Mumpung Padhang Rembulane (mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung Jembar Kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak Iyo!!! (bersoraklah dengan sorakan iyaaa)

Tembang lir-ilir yang dikenalkan oleh para Wali untuk menyebarkan ajaran agama Islam di jawa ini mempunyai makna filosofis yang sangat dalam. Melalui pemahaman dan atas ijin Allah SWT saya mencoba untuk menguraikan makna yang terkandung di dalam tembang ini.
Bait 1.
Sebagai makhluk ciptaanNya kita diharapkan memiliki jiwa yang merdeka untuk itu kita diminta untuk bangun dari keterpurukan, bangunkan ruh illahiah yang ada di dalam diri kita dengan menghilangkan rasa malas yang tersirat dalam lagu ini dilambangkan dengan tanaman yang sudah bersemi dan menghijau. Apakah kita mau jiwa kita ini dikuasai oleh hawa nafsu kemudian dikendalikan oleh sifat kebinatangan atau kita berjuang untuk mengalahkan hawa nafsu dan membuka mata hati kita untuk mengenal Tuhan. Dengan kita melakukan jihad fisabilillah yakni melawan hawa nafsu yang ada didalam diri kita maka kita akan memperoleh kebahagiaan seperti halnya pengantin baru.
Bait 2.
Disebutkan sebagai anak gembala karena kita memiliki hati yang perlu digembalakan seperti halnya menggembalakan domba-domba. Tembang ini kembali mengajak apakah kita bisa mengendalikan hawa nafsu yang membuat perilaku kita lebih mirip dengan sifat hewan. Panjatlah pohon belimbing itu dimaknai dengan jalani kehidupan ini meski banyak aral dan rintangan yang kita hadapi tujuan kita adalah belimbing yang digunakan untuk membersihkan pakaian takwa kita. Belimbing menggambarkan rukun islam yang harus kita laksanakan mulai dari bersyahadat kepada Allah dan Rasulnya sampai dengan menunaikan ibadah haji.
Bait 3.
Pakaian yang kita gunakan di dunia ini bukan baju yang saat ini kita pakai melainkan pakaian takwa yang digunakan untuk menghadap Allah SWT, pakaian kita itu kemudian banyak yang terkoyak karena kesalahan yang kita lakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu kita harus memperbaiki segala kesalahan yang pernah kita lakukan dan bertobat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan kita memperbaiki pakaian takwa kita maka pada waktunya kita dipanggil untuk menghadap kepada Sang Pencipta akan siap mempertanggungjawabkan amanah yang pernah kita emban selama menjalani proses di dunia.
Bait 4.
Maka kapan engkau akan mulai menambal pakaian takwa yang kita kenakan, gunakanlah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakit mu. Pergunakan waktu sebaik-baiknya di dunia karena kita tidak akan pernah tahu kapan kita kembali ke sisiNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar